Monday, January 10, 2011

Efek sholat berjamaah terhadap diri


Oleh : Ahmad Hodri
Banyak kita temui buku yang mengulas tentang “Manfaat serta Tata Cara Sholat Berjamaah” yang itu semua terkodifikasi berdasarkan pengalaman empiris dan penuangan ide dari para Pemikir ulama’ mutaqaddimin ataupun ulama’ kontemporer, yang risau sekaligus iba dan prihatin melihat situasi dan kondisi masyarakat yang enggan untuk melaksanakan “kewajiban” sholat berjamaah.
Realitas saat ini, kaum alim (baca, orang berilmu) yang seharusnya menjadi proyek percontohan bagi kalangan masyarakat awam, ternyata malah sebaliknya. Animo publik menganggap bahwa etika orang alim itu jauh lebih mapan dari mereka, baik dalam sikap, maupun ucap dan betutur kata. Karena, logikanya, keseharian orang yang berilmu agama itu selalu bersentuhan dengan budaya dan kultur religi yang kental dengan aroma ilmu pengetahuan agama ataupun umum.
Tak terkecuali dalam format ibadah vertical seperti shalat berjamaah, nyaris tidak di ragukan lagi, kalau masalah etika dan estetika gaya shalat orang yang alim itu jauh lebih baik dari masyarakat awam. Namun nampaknya terjadi kesenjangan antara realitas alim dengan persepsi publik tersebut.
Meski kita tahu, ulama’ dan para pemikir islam masih kontradiktif dalam menanggapi kewajiban shalat dengan cara berjamaah -kita tidak akan mempersoalkan wajib atau tidaknya jamaah menurut ulama klasik-, Rasulullah pun sangat menganjurkan praktek shalat dengan cara berjamaah. Banyak kisah yang bisa memberi penyegaran sekaligus motivasi kepada kita, tentang hakikat shalat berjamaah.
“Suatu ketika ada orang buta yang datang kepada Rasul, seraya menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya…..”
“ya Rasul, apakah aku masih di haruskan untuk melakukan shalat berjamah, sedangkan di rumahku tak ada seorangpun yang bisa menuntunku ke Masjid ?”
Sejenak Rasul terdiam, kemuadian spontan menjawab keluhan orang buta tersebut yang penuh harap untuk mendapatkan dispensasi karena udzur yang ada padanya.
“ya……, kalau begitu kamu mendapat dispensasi utuk shalat di rumah” jawab Rasul.
Dengan wajah berseri penuh kegirangan, orang buta itu pergi meninggalkan Rasul. Namun, belum jauh ia melangkah, Rasul memanggil  kembali orang buta tersebut (waktu itu Nabi mendapat Intuisi dan Inspirasi dari Jibril).
Kemudian Rasul bertanya, “Apakah engkua mendengar seruan adzan……?”
“ya, wahai Rasul” jawab orang buta itu.
“kalau begitu, ya harus di jawab orang adzan tersebut” (artinya tetap wajib melaksanakan shalat berjamaah, dengan cara memenuhi panggilan sang mu’adzdzin).
Mengapa sampai demikian Rasul memerintahkan untuk shalat berjamaah, karena memang banyak hal yang akan kita raih dari implikasi shalat berjamaah. Jam’ah, sesuai dengan namanya, sholat berjamaah merupakan simbol dari rasa persamaan dan persatuan serta manifestasi dari perekatan emosional dan penguatan kasih sayang.
Kita tau, prilaku dan kehidupan di sebagian kalangan masyarakat yang mencerminkan sikap primordial dan sektarian yang cukup mencolok, ini adalah efek terkecil dari substansi shalat jamaah yang belum terinternalisasikan ke dalam jiwa. Padahal, seandainya kita benar-benar mencermati substansi dari sholat berjamaah, maka akan menimbulkan rasa semangat persatuan dan kesatuan antar sesama, sehingga tidak ada lagi sekat pemisah dari ras, suku, budaya dan lain sebagainya.
Dan, yang tak kalah penting lagi adalah ke-khusuk-an dalam melaksanakan perintah sholat, karena khusuk itu termasuk perbuatan yang “sepele” namun cukup sulit untuk diterapkan. Karena ketika puncak ke-khusyuk-an telah menjelma ke dalam jiwa orang yang sedang sholat, maka hiruk pikuk kehidupan dunia terlepas, yang ada hanyalah kenikmatan berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, konon, ketika putera Sayyidina Ali akan di operasi, beliau minta kepada Dokter untuk melakukan upaya medis dan kuratif itu ketika beliau shalat. al hasil, beliau tak sedikitpun bergeming kesakitan, karena pada waktu operasi berlangsung beliau sedang hanyut dalam ke-khusyuk-annya.
Nah…dari sini pula fungsi medika shalat akan tampak, sebagaimana di katakan oleh Fazlur Rahman, bahwa ; “Shalat dapat menyembuhkan penyakit-penyakit berat, baik psikologis maupun fisik”.
Semoga kita mendapat petunjuk sang Ilah, agar pelaksanaan shalat jamaah yang khusyu’, tenang dan kondusif, benar-benar tercermin dari pribadi kita tanpa merasa di paksa dan terpaksa. Sehingga efek sholat berjamaah akan mampu menumbuhkan semangat persatuan antar sesama serta menambah konsentrasi dan ke-khusuk-an dalam menjalankannya. Amin.

No comments:

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang beragama Islam, semoga puasa kali ini bisa lebih baik dari yang sebelumnya baik dari amal ibadah ...